Semua Konten Blog
/
Mendalami Ability to Pay dan Cara Tepat Mengukurnya

Mendalami Ability to Pay dan Cara Tepat Mengukurnya

Mendalami Ability to Pay dan Cara Tepat Mengukurnya

Bagi yang pernah berurusan dengan pajak, mungkin Anda pernah mendengar istilah Ability to Pay (ATP). Jika diterjemahkan secara harfiah, Ability to Pay berarti kemampuan untuk membayar. Dalam konteks perpajakan, ATP menandakan prinsip atau kriteria dalam pemungutan pajak. Namun, artinya akan berbeda bagi nasabah dan bank terkait pinjaman modal, dan sebagainya. Mari kita dalami lebih lanjut untuk memahami cara mengukur ATP dan hubungannya dengan pemanfaatan open finance.

Dalam prinsip ATP, seseorang menanggung beban biaya yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Seseorang di sini tidak hanya merujuk pada individu tetapi juga mencakup bisnis, baik skala besar maupun UKM. Untuk menyederhanakan pemahaman, berikut contoh skenarionya. Misalkan seseorang ingin memulai bisnis untuk pertama kalinya. Mereka membutuhkan pinjaman modal tetapi belum pernah mengajukan pinjaman sebelumnya. Oleh karena itu, bank atau pemberi pinjaman perlu mengukur Ability to Pay dari individu ini.

Pinjaman dalam skala apa pun perlu mengukur kemampuan membayar kembali untuk menghindari kerugian bagi kedua belah pihak yang terlibat. Itulah mengapa setiap entitas yang menyediakan layanan pinjaman modal harus mengukur ATP setiap calon peminjam. Untuk mengukur Ability to Pay secara akurat, pertimbangkan aspek-aspek berikut. Juga, pahami hubungannya dengan open finance.

Mengukur Ability to Pay

Untuk mengukur ATP setiap individu, ada kriteria yang harus dipenuhi. Beberapa kriteria umum termasuk menilai kemampuan finansial dan usia calon nasabah. Namun, Ability to Pay juga perlu dilihat dari lima faktor lain yang tidak boleh diremehkan.

  1. KarakterSifat karakter yang paling penting dari seorang nasabah adalah dapat dipercaya dan memiliki sikap yang umumnya baik. Terutama mengenai penyelesaian pembayaran angsuran. Wawancara intensif selama beberapa jam bisa menjadi salah satu cara untuk mengumpulkan informasi penting. Ini termasuk gaya hidup, pola hidup, riwayat kredit, dan latar belakang keluarga, misalnya.
  2. KapabilitasFaktor selanjutnya adalah kemampuan calon peminjam untuk membayar angsuran sesuai perjanjian dengan pemberi pinjaman. Ini dapat dilihat dari bagaimana mereka mengelola sumber daya yang mereka miliki, baik itu uang, modal usaha, atau bisnis itu sendiri. Tidak ada gunanya jika calon peminjam terlihat kaya tetapi manajemen keuangan mereka buruk. Bisa jadi membayar angsuran bukan prioritas mereka.
  3. Aset yang DimilikiKepemilikan aset berharga atau kekayaan adalah faktor yang mungkin dievaluasi pada tahap awal. Contoh yang dinilai termasuk saldo tabungan, aset investasi, deposito, bisnis yang dijalankan, dan sebagainya. Karena dari aset-aset ini, pemberi pinjaman akan menentukan jumlah maksimum yang akan dipinjamkan dan jumlah angsuran yang akan dibebankan kepada peminjam. Untuk memastikan faktor ini, pemberi pinjaman biasanya perlu melakukan survei lapangan untuk memverifikasi keaslian aset yang disebutkan. Baik dari segi kuantitas maupun keaslian kepemilikan.
  4. JaminanTidak semua aset yang dimiliki digunakan sebagai jaminan untuk meminjam. Karena konsekuensi dari jaminan adalah penarikan atau penyitaan aset jika peminjam gagal membayar angsuran sesuai ketentuan. Dari semua aset yang tersedia, calon peminjam perlu menentukan aset mana yang akan digunakan sebagai jaminan. Semakin besar jaminan atau nilai jaminan, semakin besar kemungkinan calon peminjam diterima. Tentu saja, ATP orang tersebut juga akan disesuaikan.
  5. KondisiSelain faktor internal calon peminjam yang dijelaskan di atas, pemberi pinjaman juga harus menyadari bahwa ada faktor eksternal. Faktor eksternal ini biasanya tidak dapat dihitung sebelumnya. Misalnya, kondisi ekonomi negara atau wilayah tertentu yang tidak stabil akibat dampak pandemi Covid-19. Terutama jika bisnis yang dilakukan peminjam adalah pihak yang paling terkena dampak. Oleh karena itu, pemberi pinjaman juga harus mempertimbangkan faktor ini sebelum menentukan ATP seseorang.

ATP dan Pemanfaatan Open Finance

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi kemajuan dalam urusan keuangan. Salah satunya adalah kemudahan menentukan Ability to Pay melalui Open Finance. Teknologi Open Finance memanfaatkan fitur API atau Application Programming Interface. Fitur API digunakan oleh pihak ketiga dan bertindak sebagai perantara antara pemberi pinjaman dan peminjam dalam hal pertukaran data.

Melalui Open Finance, pemberi pinjaman seperti bank dan lembaga keuangan akan lebih mudah menentukan ATP calon peminjam. Penyedia teknologi Open Finance dapat memberikan data dasar kepada pemberi pinjaman, membuat proses penentuan ATP menjadi lebih singkat. Data ini diperoleh dari bank-bank yang telah berkolaborasi dengan penyedia teknologi tersebut.

Mengingat kompleksitas proses pengukuran Ability to Pay, penggunaan teknologi API dalam Open Finance akan sangat membantu Anda. Terutama jika data nasabah cukup banyak setiap harinya. Brick menerapkan teknologi API dalam mengelola berbagai data keuangan. Mulai dari data transaksi, verifikasi akun, hingga ringkasan transaksi dan saldo. Semuanya mudah diakses dan memungkinkan proses ATP yang lebih efektif dan efisien.

No items found.
blog-banner-icon-bgban-icon 1ban-icon 2